Berita Terbaru :

5 Taktik Busuk CIA Menggulingkan Pemerintahan 5 Negara

Diposting oleh Okaza on Jumat, 21 Juni 2013


Operasi kotor Agen Intelijen Amerika Serikat (CIA) mereka praktikkan hampir di seluruh negara sejagat. Tak hanya Timur Tengah atau negara bekas blok timur namun juga negara Asia terutama berbau-bau paham kiri.

Demi memporak porandakan pelbagai kondisi sosial politik di banyak negara dan hal tidak sesuai dengan prinsip Amerika, CIA menempatkan mata-mata mereka siap melapor setiap saat dan membuat strategi untuk mengakhiri hal tidak sepaham itu. Apa saja praktik kotor CIA? Dilansir dari situs oddee.com, berikut ulasannya

1. Produksi film porno Sukarno

Mantan Presiden Sukarno memerintah Indonesia hingga 1966 ternyata pernah menjadi korban praktik busuk CIA. Bapak proklamator itu dinilai Amerika Serikat sebagai salah satu pemimpin pro komunis. Itu sebabnya CIA membuat buruk citra Sukarno.

Caranya dengan membuat film porno dibintangi seorang aktor mirip Sukarno. Film itu berjudul Happy Days dan didistribusikan di Indonesia. Citra presiden itu menjadi buruk ditambah dengan hembusan keterangan palsu mengenai dia akhirnya Sukarno lengser dan digantikan oleh Suharto.
Tak hanya Sukarno, CIA juga memproduksi film porno dibintangi seseorang mirip Saddam Hussein hingga Usamah Bin Ladin demi memojokkan mereka.

2. Merusak demokrasi di Guatemala

PBSUCCESS merupakan kode praktik kotor CIA melawan hasil pemilihan umum di Guatemala pada 1954. Pemilu itu memenangkan Jacobo Arbenz. Arbenz diketahui mengembalikan tanah adat pada masyarakat sementara tanah itu milik perusahaan buah Amerika Serikat. Dua pemilik saham perusahaan ternyata direktur CIA masa itu Allen Dulles dan adiknya, John merupakan menteri luar negeri.

Tak tanggung-tanggung 480 anggota CIA dikerahkan untuk melatih tentara Guatemala mata duitan demi melawan mengkudeta Arbenz bahkan dengan membunuhnya jika dia masih bersikeras memimpin.

3. Vaksin palsu di Pakistan

Pada 2011 dalam misi membunuh Usamah Bin Ladin CIA menyusun strategi paling keji dengan klaim sesuai kejahatannya. Namun sebelum memulai operasi ini, mereka lebih dulu membuat rencana busuk sangat ekstrem.

CIA merekrut para dokter Pakistan untuk mengorganisir pembagian vaksin palsu di pelbagai kota negara itu. Tujuannya mengumpulkan sampel darah dari anak-anak demi mencari bocah kandung Bin Ladin. Jika ada mereka menggunakannya sebagai tameng agar ayahnya mau menyerah.

4. Revolusi Libya

CIA bertanggung jawab penuh atas revolusi terjadi di Libya yang akhirnya menggulingkan mantan Presiden Muammar Qaddafi.

Sebelum terjadi revolusi, mereka menempatkan agennya berbulan-bulan demi melihat situasi dan kondisi. Misi mereka berhasil. Qaddafi lengser sekaligus terbunuh oleh oposisi.

5. Melatih Mujahidin

Pada 1978 Afghanistan pecah perang saudara dan masuklah komunis menguasai negara itu. Saat terjadi penolakan besar-besaran pada komunis, bekas negara Uni Sovyet menginvasi Afghanistan demi memberikan dukungan pada komunis.

Pada saat itulah Amerika Serikat merasa perlu turun tangan. CIA mendirikan kamp dan melatih pemberontak dikenal sebagai mujahidin dalam taktik memukul komunis dan mengusir Uni Sovyet dari Afghanistan.

Uni Sovyet keluar dari Afghanistan seiring dengan kerutuhan mereka pada 1990-an. Namun warisan CIA yakni mujahidin terus jalan bahkan membelot. Para mujahidin ini melatih diri mereka sendiri dan memecah menjadi kelompok ekstremis Islam seperti Al Qaidah, Taliban, dan lain-lain. Kini Amerika kena batunya. Hingga kini mereka kerepotan memerangi tentara buatan mereka sendiri. Jika mereka mencap Taliban dan Al Qaidah kelompok teroris, secara logika mereka lah pencipta teroris itu sendiri.

Selengkapnya5 Taktik Busuk CIA Menggulingkan Pemerintahan 5 Negara

Abu Ubaidah Ibnul Jarrah : Orang Kepercayaan Ummat

Diposting oleh Okaza

Siapakah kiranya orang yang dipegang oleh Rasulullah saw. dengan tangan kanannya sambil bersabda mengenai pribadinya:
“Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang keper­cayaan, dan sesungguhnya kepercayaan ummat ini adalah Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah  !

Siapakah orang yang dikirim oleh Nabi ke medan tempur ‘Dzatus Salasil sebagai bantuan bagi Amar bin ‘Ash, dan diangkatnya sebagai panglima dari suatu pasukan yang di dalamnya ter­dapat Abu Bakar dan Umar … ?

Siapakah shahabat yang mula pertama disebut sebagai amirul mara atau panglima besar ini … ?

Dan siapakah orang yang tinggi perawakannya tetapi kurus tubuhnya, tipis jenggotnya, berwibawa wajahnya, dan ompong kena panah dua gigi mukanya … ?

Yah, siapakah kiranya orang kuat lagi terpercaya, sehingga umar bin Khatthab ketika hendak menghembuskan nafasnya ang terakhir pernah berkata mengenai pribadinya:

“Seandainya Abu ‘Ubadah ibnul Jarrah masih hidup, tentulah ia di antara orang-orang yang akan saya angkat sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku menanyakan hal itu tentulah akan saya jawab: ‘Saya angkat kepercayaan Allah dan ke­percayaan Rasul-Nya …. “.

Ia adalah Abu ‘Ubaidah, Amir bin Abdillah ibnul Jarrah

Ia masuk Islam melalui Abu Bakar Shiddiq di awal mula kerasulan, yakni sebelum Rasulullah saw. mengambil rumah Arqam sebagai tempat da’wah. Ia ikut hijrah ke Habsyi pada kali yang kedua. Ia kembali pulang dengan tujuan agar dapat mendampingi Rasulullah saw. di perang Badar, perang Uhud dan pertempuran-pertempuran lainnya. Lalu sepeninggal Rasulullah, dilanjutkannya gaya hidupnya sebagai seorang kuat yang di­percaya mendampingi Abu Bakar dan ,kemudian Umar dalam pemerintahan masing-masing dengan mengesampingkan dunia kemewahan dalam menghadapi tanggung jawab keagamaan, baik dalam zuhud dan ketaqwaan, amanah dan keteguhan ….

Ketika Abu ‘Ubaidah bai’at atau sumpah setia kepada Rasul­ullah saw. akan membaktikan hidupnya di jalan Allah, ia me­nyadari sepenuhnya ma’na kata-kata yang tiga ini: berjuang di jalan Allah, dan telah memiliki persiapan sempurna untuk me­nyerahkan kepadanya apa juga yang diperlukan berupa darma bakti dan pengurbanan ….

Dan semenjak ia mengulurkan tangannya untuk bai’at kepada Rasulullah, ia tidak memperhatikan kepentingan pribadi dan masa depannya. Seluruh kehidupannya dihabiskan dalam mengemban amanat yang dititipkan Allah kepadanya dan di­baktikan pada jalan-Nya demi mencapai keridlaan-Nya. Tlada suatu pun yang dikejar untuk kepentingan dirinya pribadi, dan tiada satu keinginan atau kebencian pun yang dapat menyele­wengkannya dari jalan Allah itu ….

Maka tatkala Abu ‘Ubaidah telah menepati janji yang di­lakukan oleh para shahabat lainnya, dilihat pula oleh Rasulullah sikap jiwa dan tata cara kehidupannya yang menyebabkannya layak untuk menerima gelar mulia yang diserahkan serta di­hadiahkan Rasulullah kepadanya, dengan sabdanya:

“Orang kepercayaan ummat ini, Abu ‘Ubaidah ibnul darrah “.

Amanat atau kepercayaan yang dipenuhi oleh Abu ‘Ubaidah atas segala tanggung jawabnya, merupakan sifatnya yang paling menonjol ….

Umpamanya waktu perang Uhud, dari gerak gerik dan jalan pertempuran diketahuinya, bahwa tujuan utama dari orang­-orang musyrik itu bukanlah hendak merebut kemenangan, tetapi untuk menghabisi riwayat Nabi Besar dan merenggut nyawanya. Ia berjanji kepada dirinya akan selalu dekat dengan Rasulullah di arena perjuangan itu.

Maka dengan pedangnya yang terpercaya seperti dirinya pula, ia maju ke muka, merambah dan mendesak tentara berhala ,yang hendak melampiaskan maksud jahat mereka untuk me­madamkan Nur Ilahi . . . . Dan setiap situasi medan dan suasana pertempuran memaksanya terpisah jauh dari Rasulullah saw., ia tetap bertempur tanpa melepaskan pandangan matanya dari kedudukan Rasulullah itu yang selalu diikutinya dengan hati ,cemas dan jiwa gelisah . . . .

Dan jika dilihatnya ada bahaya datang mengancam Nabi, maka ia bagai disentakkan dari tempat­nya lalu melompat menerkam musuh-musuh Allah dan meng­halau mereka ke belakang sebelum mereka sempat mencelakakannya … Suatu ketika pertempuran berkecamuk dengan hebatnya, ia terpisah dari Nabi karena terkepung oleh tentara musuh. .tetapi seperti biasa kedua matanya bagai mata elang mengintai keadaan sekitarnya.

Dan hampir saja ia gelap mata melihat sebuah anak panah meluncur dari tangan seorang musyrik lalu mengenai Nabi. Maka terlihatlah pedangnya yang sebilah itu berkelibatan tak ubah bagai seratus bilah pedang menghantam musuh yang mengepungnya hingga mencerai-beraikan mereka, lalu ia terbang melompat mendapatkan Rasulullah. Didapatinya darah beliau yang suci mengalir dari mukanya, dan dilihatnya Rasulullah al-Amin menghapus darah dengan tangan kanannya, sambil bersabda:



“Bagaimana mungkin berbahagia suatu kaum yang men­cemari wajah Nabi mereka, padahal ia menyerunya kepada Tuhan mereka … ?

Abu ‘Ubaidah melihat dua buah mata rantai baju besi pe­nutup kepala Rasulullah menancap di kedua belah pipinya . . . . Abu ‘Ubaidah tak dapat menahan hatinya lagi; ia segera meng­gigit salah satu mata rantai itu dengan gigi, manisnya lalu menariknya dengan kuat dari pipi Rasulullah hingga tercabut keluar, tetapi bersamaan dengan itu tercabutlah pula sebuah gigi manis Abu ‘Ubaidah, lalu ditariknya pula mata rantai yang kedua dan tercabut pulalah bersamanya gigi manis Abu ‘Ubaidah yang kedua . . . . Dan baiklah kita serahkan kepada Abu Bakar Shiddiq untuk menceritakan peristiwa itu dengan kata-katanya sebagai berikut:

“Di waktu perang Uhud dan Rasulullah saw. ditimpa anak panah hingga dua buah rantai ketopong masuk ke kedua belah pipinya bagian atas, saya segera berlari mendapatkan Rasulullah saw. Kiranya ada seorang yang datang bagaikan terbang dari jurusan Timur, maka kataku: Ya Allah moga­-moga itu merupakan pertolongan! Dan tatkala kami sampai kepada Rasulullah, kiranya orang itu adalah Abu ‘Ubaidah yang telah mendahuluiku ke sana, serta katanya: ‘Atas nama Allah, saya minta kepada anda wahai Abu Bakar, agar saya dibiarkan mencabutnya dari pipi Rasulullah saw………………………………………………………. Saya pun membiarkannya, maka dengan gigi mukanya Abu ‘Ubaidah mencabut salah satu mata rantai baju besi penutup kepala beliau hingga ia terjatuh ke tanah, dan bersamaan dengan itu jatuhlah pula sebuah gigi manis Abu ‘Ubaidah. Kemudian ditariknya pula mata rantai yang kedua dengan giginya yang lain hingga sama tercabut, menyebabkan Abu ‘Ubaidah tampak di hadapan orang banyak bergigi Ompong …. !”

Di saat-saat bertambah besar dan meluasnya tanggung jawab para shahabat, maka amanah dan kejujuran Abu ‘Ubaidah mengkatlah pula. Tatkala ia dikirim oleh Nabi saw. Dalam expedisi “Daun Khabath” memimpin lebih dari tiga ratus orang prajurit sedang perbekalan mereka tidak lebih dari sebakul kurma, sementara tugas sulit. dan jarak yang akan ditempuh jauh pula, Abu ‘Ubaidah menerima perintah itu dengan taat dan hati gembira.

Bersama anak buahnya pergilah ia ke tempat yang dituju, dan perbekalan setiap prajurit setiap harinya hanya segenggam kurma, dan setelah hampir habis maka bagian asing-masing hanyalah sebuah kurma untuk sehari. Dan tatkala habis sama sekali, mereka mulai mencari daun kayu yang disebut abath, lalu mereka tumbuk hingga halus seperti tepung dengan menggunakan alat senjata. Di samping daun-daun itu dijadikan makanan, dapat pula mereka gunakan sebagai wadah untuk minum. Itulah sebabnya ekspedisi ini disebut ekspedisi “Daun khabath”.

Mereka terus maju tanpa menghiraukan lapar dan dahaga, tak ada tujuan mereka kecuali menyelesaikan tugas mulia berama panglima mereka yang kuat lagi terpercaya, yakni tugas yang dititahkan oleh Rasulullah saw. kepada mereka Rasulullah saw. amat sayang kepada Abu ‘Ubaidah sebagai orang kepercayaan ummat, dan beliau sangat terkesan kepada­ya. Tatkala datang perutusan Najran dari Yaman menyatakan keislaman mereka dan meminta kepada Nabi agar dikirim bersama mereka seorang guru untuk mengajarkan al-Quran dan Sunnah serta seluk-beluk Agama Islarn, maka ujar beliau:

“Baiklah akan saya kirim bersama tuan-tuan seorang yang terpercaya, benar-benar terpercaya . . . , benar-benar terpercaya. . . , benar-benar terpercaya

Para shahabat mendengar pujian yang keluar dari mulut sulullah saw. ini, dan masing masing berharap agar pilihan jatuh kepada dirinya, hingga beruntung beroleh pengakuan dan kesaksian yang tak dapat diragukan lagi kebenarannya …

Umar bin Khatthab menceritakan peristiwa itu sebagai berikut:

“Aku tak pernah berangan-angan menjadi amir, tetapi ketika itu aku tertarik oleh ucapan beliau dan mengharapkan yang dimaksud beliau itu adalah aku.

Aku cepat-cepat berangkat untuk shalat dhuhur. Dan tatkala Rasulullah selesai mengimami kami shalat dhuhur beliau memberi salam, lalu menoleh ke sebelah kanan dan kiri. Maka saya pun mengulurkan badan agar kelihatan oleh beliau . . . . Tetapi ia masih juga melayangkan pan­dangannya mencari-cari, hingga akhirnya tampaldah Abu ‘Ubaidah, maka dipanggilnya lalu sabdanya: “Pergilah berangkat bersama mereka dan selesaikanlah apabila terjadi perselisihan di antara mereka dengan haq …

Maka Abu ‘Ubaidah pun berangkatlah bersama orang-orang itu…. ” .

Dengan peristiwa ini tentu saja tidak berarti bahwa Abu ‘Ubaidah merupakan satu-satunya yang mendapat kerpercayaan dan tugas dari Rasulullah, sedang lainnya tidak. Maksudnya ialah bahwa ia adalah salah seorang yang beruntung beroleh kepercayaan yang berharga serta tugas mulia ini. Di samping itu ia adalah salah seorang atau mungkin juga satu-satunya orang pada masa itu yang berprofesi da’i serta usahanya mengidzinkan untuk meninggalkan Madinah dan pergi melakukan tugas yang cocok dengan bakat dan kemampuannya ….

Dan sebagaimana di masa Rasulullah saw. Abu Ubaidah menjadi seorang kepercayaan, demikian pula setelah Rasulullah wafat, ia tetap sebagai orang kepercayaan, memikul semua tanggung jawab dengan sifat amanah. Wajarlah apabila ia menjadi suri teladan bagi seluruh ummat manusia.

Dan di bawah panji-panji Islam ke mana pun ia pergi ia adalah sebagai prajurit, yang dengan keutamaan dan keberaniannya melebihi seorang amir atau panglima . . . , dan di saat ia sebagai panglima, karena keikhlasan dan kerendahan hati me­nyebabkannya tidak lebih dari seorang prajurit biasa ….

Kemudian tatkala Khalid bin Walid sedang memimpin ten­tara Islam dalam salah satu pertempuran terbesar yang menentu­kan, dan tiba-tiba Amirul Mu’minin Umar mema’lumkan titahnya untuk mengangkat Abu ‘Ubaidah sebagai pengganti Khalid, maka demi diterimanya berita itu, dari utusan Khalifah, diminta­nya orang itu untuk merahasiakan berita tersebut kepada umum. Sementara Abu ‘Ubaidah sendiri mendiamkannya dengan suatu niat dan tujuan baik sebagai lazimnya dimiliki oleh seorang zuhud, ‘arif bijaksana lagi dipercaya . . . , menunggu selesainya panglima Khalid itu merebut kemenangan besar ….

Dan setelah tercapai barulah ia mendapatkan Khalid dengan hormat dan ta’dhimnya untuk menyerahkan Surat dari Amirul Wminin. Ketika Khalid bertanya kepadanya: “Semoga Allah memberi anda rahmat, wahai Abu ‘Ubaidah! Apa sebabnya anda fidak menyampaikannya kepadaku di waktu datangnya …. ?”

Maka ujar kepercayaan ummat itu: “Saya tidak ingin mematahkan ujung tombak anda, dan bukan kekuasaan dunia yang kita tuju, dan bukan pula untuk dunia kita beramal! Kita semua bersaudara karena Allah ……………………

Demikianlah Abu ‘Ubaidah telah menjadi panglima besar tentara Islam, baik dalam luasnya wilayah, maupun dalam Perbekalan dan jumlah bilangan Tetapi bila anda melihat­nya, maka sangka anda bahwa ia adalah salah seorang prajurit biasa serta pribadi biasa dari Kaum Muslimin!

ketika sampai kepadanya perbincangan orang-orang Syria tentang dirinya dan keta’juban mereka terhadap sebutan panglima besar, dikumpulkannyalah mereka lalu ia berdiri berpidato

Nah, cobalah anda sekalian perhatikan apa yang diucapkan­nya kepada orang-orang yang terpesona dengan kekuatan, ke­ besaran dan sifat amanahnya:

“Hai ummat manusia I
Sesungguhnya saya ini adalah seorang Muslim dari suku Quraisy ….
Dan siapa saja di antara kalian, baik ia berkulit merah atau hitam yang lebih taqwa’) daripadaku, hatiku ingin sekali berada dalam bimbingannya … !”
Semoga. Allah melanjutkan kebahagiaanmu, wahai Abu ‘Ubaidah . . . . Dan mengekalkan Agama yang telah mendidikmu, serta Rasulullah yang telah mengajarimu ….
Seorang Muslim dari suku Quraisy, tidak kurang tidak lebih ucapanmu itu ….
Agama: Islam ….
Suku: Quraisy ….
Hanya inilah keinginannya, tidak lain ….

Adapun kedudukannya sebagai panglima besar, dan pemim­pin tentara. Islam yang paling banyak jumlahnya dan paling menonjol keperwiraannya serta paling besar kemenangannya …. Begitu pun sebagai wali negeri di wilayah Syria yang semua kehendaknya berlaku dan perintahnya ditaati ….

Maka semua itu dan lainnya yang serupa, tidak menggoyahkan ketaqwaannya sedikit pun, dan tidak dijadikan andalan …! Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab datang berkunjung ke Syria, kepada para penyambutnya ditanyakannya:

“Mana saudara saya …… ?”
“Siapa . . . ,” ujar mereka
“Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrah”, katanya pula.

Kemudian datanglah Abu ‘Ubaidah yang segera dipeluk oleh Amirul Mu’minin . . . . lalu mereka pergi bersama-sama ke rumahnya. Maka tidak satu pun perabot rumah tangga ter­dapat di rumah itu, kecuali pedang, tameng serta pelana ken­daraan,nya ….

Sambil tersenyum Umar bertanya kepadanya: “Kenapa tidak kau ambil untuk dirimu sebagaimana dilakukan oleh orang lain … !’ Maka jawab Abu ‘Ubaidah: “Wahai Amirul Mu’­minin, ini telah menyebabkan hatiku lega dan sempat ber­istirahat …. ! “

Pada suatu hari di Madinah, tatkala Amirul Mu’minin Umar al-Faruq sibuk menangani urusan dunia Islam yang luas, di­sampaikan orang berita berkabung meninggalnya Abu ‘Ubaidah….

Maka terpejamlah kedua pelupuk matanya yang telah di­genangi air. Dan air itu pun meleleh, hingga Amirul Mu’minin membuka matanya dengan tawakkal menyerahkan diri. Di­mohonkannya rahmat bagi shahabatnya itu, dan bangkitlah kenangan-kenangan lamanya bersama almarhum r.a. yang ditampungnya dengan hati yang shabar diliputi duka. Kemudian diulangi kembali ucapan berkenaan shahabatnya itu, katanya:

“Seandainya aku bercita-cita, maka tak adalah harapanku selain sebuah rumah yang penuh didiami oleh tokoh-tokoh seperti Abu ‘Ubaidah ini ….!”

. . Orang kepercayaan dari ummat ini wafat di atas bumi yang telah disucikannya dari keberhalaan Persi dan penindasan Romawi. Dan di sana sekarang ini, yaitu dalam pangkuan tanah Yordania bermukim tulang kerangka yang mulia, yang dulunya tempat bersemayam jiwa yang tenteram dan ruh pilihan ….

Dan walaupun makamnya sekarang ini dikenal orang atau tidak, sama saja halnya bagi dia atau bagi anda, karena seandai­nya anda bermaksud hendak mencapainya, anda tidak memerlu­kan petunjuk jalan, karena jasa-jasanya_yang tidak terkira akan menuntun anda ke tempatnya itu ..

SelengkapnyaAbu Ubaidah Ibnul Jarrah : Orang Kepercayaan Ummat

Utbah Bin Ghazwan : Lusa Tidak Ada Pejabat Mirip Saya

Diposting oleh Okaza

Esok Lusa Akan Kalian Lihat Pejabat-pejabat Pemerintahan Yang Lain Daripadaku
 
Di antara Muslimin yang lebih dulu masuk Islam, dan di antara muhajirin pertama yang hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah... , dan di antara pemanah pilihan yang tak banyak jumlahnya yang telah berjasa besar di jalan Allah, terdapat seorang laki-laki yang berperawakan tinggi dengan muka ber­cahaya dan rendah hati, namanya Utbah bin Ghazwan ….

la adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang bai’at berjanji setia, dengan menjabat tangan kanan Rasulullah dengan tangan kanan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti nafsu angkara ….

Pada hari-hari pertama dimulainya da’wah dan pada hari-hari penderitaan dan kesukaran, Utbah bersama kawan­-kawannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup yang mulia, yang kelak kemudian menjadi bekal dan makanan bagi hati nurani manusia dan akan berkembang menjadi luas melalui perkembangan masa ….

Sewaktu Rasulullah, saw. menyuruh shahabat-shahabatnya berhijrah ke Habsyi, termasuklah Utbah di antara orang muha­jirin itu . . . . Tetapi kerinduannya kepada Nabi saw. tidak membiarkannya menetap di sana, segeralah ia menjelajah daratan dan mengarungi lautan kembali ke Mekah, lalu tinggal di sana di samping Rasul hingga datang saatnya hijrah ‘ke Madinah, maka Utbah pun hijrahlah bersama Kau*m Muslimin lainnya.. .

Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguannya dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya dengan ketepatan yang luar biasa, dan bersama-sama kawan-kawannya orang­orang Mu’minin lainnya digunakannya panah untuk menghancur­kan alam hidup dan berfikir usang dengan segala berhala dan kebohongannya.

Di waktu Rasul yang mulia wafat menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi ia belum lagi hendak meletakkan senjatanya bahkan selalu berkelana berperang di muka bumi. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persi ia melakukan perjuangan yang tak ada taranya . . . .

Amirul Mu’minin Umar mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan membersihkan buminya dari orang­orang Persi yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah kerajaan Persi serta untuk membebaskan negeri Allah dan hamba-Nya dari cengkraman penjajahan mereka …. Dan berkatalah Umar kepadanya sewaktu melepaskan bersama tentaranya:

“Berjalanlah anda bersama anak buah anda, hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan batas terdekat negeri Persi

Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya . . . ! Serulah ke jalan Allah siapa yang mau dan bersedia … !

Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak
Dan bagi setiap penantang, maka pedang bagiannya, tanpa pilih bulu …
Tabahlah menghadapi musuh serta taqwalah kepada Allah Tuhanmu … !”

Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar itu hingga sampai ke Ubullah . . . Ketika itu orang-orang Persi telah menyiapkan bala tentara mereka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak di tangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya semenjak ia berkenalan dengan tombak. Ia berseru di tengah-tengah tentaranya: — “Allahu Akhbar, sha­daqa wadah “, artinya “Allah Maha Besar, la menepati janjiNya.

Dan seolah-olah ia dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah terjadi pertempuran kecil-kecilan, Ubul­lah pun menyerahlah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi, dan penduduknya terbebas dari kekejaman selama ini, yang mereka rasakan tak ubah dengan mereka … dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya … !

Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun kota Basrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah mesjid besar . . . . Dan sekarang ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan, tapi Amirul Mu’minin Umar keberatan dan menyuruhnya tetap di sana . . . .

Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat,’ memberi pengertian dalam soal Agama, menegakkan hukum dengan adil, serta memberi contoh teladan yang sangat mengagumkan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan ….

Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih­-lebihan sekuat dayanya, sehingga menjengkelkan mereka yang dipengaruhi oleh ni’mat kesenangan dan hawa nafsu …. Pada suatu hari Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, katanya: ”Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah saw. sebagai salah seorang kelom­pok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka! Di suatu hari aku beroleh rizqi sehelai baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada‘Sa’ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku …

Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak Agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin. Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak merubah pendiriannya dan membangkitkan dalam jiwanya kesadaran sebagai penguasa, Serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri-negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan …. Ter­hadap hal-hal ini Utbah menjawabnya dengan katanya: ”Aku berlindung diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah. .. !”

Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: ”Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku … !”

Dan datanglah musim haji, diwakilkannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergilah menunaikan ibadah haji. Sewaktu ia telah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu’minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan

Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi incaran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: “Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku . ! Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri . . . ? Tidak, demi Allah tidak kuidzinkan untuk selama-lamanya …

Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan . . . . Dan karenanya mau tak mau Utbah harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah.

Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil, memohon kepada Tuhannya azza wajalla, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya…. Dan doanya pun diperkenankan Tuhannya . . . . Selagi ia dalam perjalanan ke wilayah pernerintahannya, maut dating menjemputnya . . . . Ruhnya naik ke pangkuan Penciptanya, bersukacita dengan pengurbanan dan darma baktinya, kezuhudan dan kesahajaannya. Begitupun karena nikmat yang telah di sempurnakan-Nya dan oleh karena pahala yang telah disediakan untuk dirinya ….

SelengkapnyaUtbah Bin Ghazwan : Lusa Tidak Ada Pejabat Mirip Saya

Madrid Simpan Jersey Nomor 11 untuk Bale

Diposting oleh Okaza

Gelandang Tottenham Hotspur, Gareth Bale.

MADRID, KOMPAS.com - Real Madrid semakin gencar memburu gelandang Tottenham Hotspur, Gareth Bale. Bahkan, Madrid dikabarkan sudah menyiapkan seragam bernomor punggung 11 untuk dipakai pemain asal Wales itu jika bergabung ke Santiago Bernabeu musim depan.

Taktik ini sempat dipakai Madrid ketika mendatangkan rekan Bale di Tottenham, Luca Modric, pada musim 2011-12. Sama seperti Modric, semenjak musim panas tahun lalu, Madrid pun sudah menyebut Bale sebagai calon pemain Los Galacticos.

Seragam bernomor punggung 11 Madrid sebelumnya dipakai oleh Ricardo Carvalho. Namun, karena Carvalho sudah resmi bergabung bersama AS Monaco, Madrid dikabarkan Mirror Football menyimpan seragam tersebut khusus untuk Bale, yang juga memakai seragam bernomor sama di Tottenham.

Bale kini memang menjadi salah satu pemain yang menjadi incaran utama Madrid. Madrid awalnya disebut telah mengajukan penawaran untuk Bale sebesar 70 juta euro (sektiar Rp 895 miliar). Namun, jumlah itu ditolak oleh Tottenham yang beberapa kali menegaskan bahwa Bale tidak akan meninggalkan White Hart Lane musim depan.

Namun, Madrid tidak menyerah dan justru dikabarkan akan melejitkan nominal tawarannya mencapai 85 juta poundsterling (sekitar Rp 1,29 triliun). Dengan begitu, Bale akan berstatus sebagai pemain termahal dunia jika benar-benar menerima tawaran Madrid.

Modric beberapa waktu lalu mengatakan Bale merupakan tambahan yang tepat bagi Madrid musim depan. Demikiannya halnya dengan Presiden Florentino Perez, yang menyebut Bale telah dilahirkan sebagai pemain Madrid.

Meski begitu, gelandang Barcelona, Cecs Fabregas, menilai Madrid akan melakukan langkah bodoh jika merekrut Bale dengan nominal fantastis tersebut. Namun, ia mengakui Bale adalah pemain hebat yang dapat mengangkat performa Madrid musim depan.

 

 
Sent from Windows Mail
 

SelengkapnyaMadrid Simpan Jersey Nomor 11 untuk Bale

Morata: Madrid Klub Terbaik di Dunia, Isco!

Diposting oleh Okaza

Pemain Malaga yang juga timnas Spanyol U-21, Isco.

MADRID, KOMPAS.com — Penyerang Real Madrid, Alvaro Morata, membujuk bomber Malaga, Isco, untuk bergabung ke Santiago Bernabeu. Menurutnya, Isco akan dapat menjadi bintang jika bergabung bersama Madrid musim depan.

Isco yang baru saja mengantar Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21 diincar dua klub raksasa Eropa, yakni Real Madrid dan Manchester City. Kedua klub tersebut dikabarkan sudah menyiapkan dana untuk mendapatkan tanda tangan pemain berusia 21 tahun tersebut.

Kontrak Isco bersama Malaga berakhir pada 30 Juli 2016. Dengan begitu, setiap klub yang ingin menggunakan jasa Isco mau tidak mau harus membayar klausul pembebasan kontrak sebesar 35 juta euro.

Isco sendiri telah mengakui Madrid dan City memang mengincarnya. Namun, ia dikabarkan lebih senang bergabung dengan klub Spanyol karena terganjal bahasa Inggris jika memutuskan hijrah bersama The Citizens.

"Aku mengenal Isco cukup lama. Aku tahu dia mempunyai kemampuan hebat ketika menggiring bola. Itu tidak membuatku terkejut. Aku juga sudah menekannya dan mengatakan bahwa timku (Madrid) adalah klub terbaik di dunia," ungkap Morata.

Isco bergabung ke Malaga dari Valencia pada 2011. Dua musim bersama Los Boquerones, gelandang berusia 21 tahun itu sudah mengemas 17 gol dari total 81 penampilan di semua kompetisi.

 
Sent from Windows Mail
 

SelengkapnyaMorata: Madrid Klub Terbaik di Dunia, Isco!